Asal – Usul Kehidupan
Filed under: MISTERI - MISTERI — Tinggalkan Komentar
Pada dasarnya asal usul kehidupan dari mana serta kapan asal
usul kehidupan di bumu ini mulai ada belum terjawab secara tuntas sampai
sekarang. Namun beberapa teori asal usul kehidupan berikut ini bisa sedikit
menjelaskan tentang asal usul kehidupan di muka bumi ini:
# TEORI ABIOGENESIS / GENERATIO SPONTANEA (Aristoteles)
Teori ini mengandung 2 pengertian, yaitu: bahwa mahluk hidup
berasal dari benda yang tidak hidup dan mahluk hidup terjadi dengan sendirinya
(secara begitu saja) dari mahluk tak hidup
# TEORI BIOGENESIS (F. Redi, Spalanzani, L Pasteur)
Teori ini menyatakan bahwa semua kehidupan berasal dari
telur dan semua telur berasal dari sesuatu yang hidup (omne vivum ex vivo, omne
ovum ex vivo) teori ini merupakan kesimpulan dari beberapa percobaan dibawah
ini:
Francesco Redi : menempatkan dagi pada toples terbuka dan toples tertutup. Setelah beberapa hari, muncul belatung pada toples yang terbuka sedangkan pada toples yang tertutup tidak muncul apa-apa
Lazaro Spallazani: mendidihkan kaldu dalam labu kemudian ditutup rapat-rapat. Setelah beebrapa hari, kaldu tetap bening dan tidak terdapat apa-apa.
Louis Pasteur: mendidihkan kaldu pada labu kemudian labu ditutup dan diberi pipa seperti huruf S sehingga mulut labu tetap terbuka. Setelah beberapa hari ternyata kaldu tetap bening dan tidak terdapat apa-apa
Francesco Redi : menempatkan dagi pada toples terbuka dan toples tertutup. Setelah beberapa hari, muncul belatung pada toples yang terbuka sedangkan pada toples yang tertutup tidak muncul apa-apa
Lazaro Spallazani: mendidihkan kaldu dalam labu kemudian ditutup rapat-rapat. Setelah beebrapa hari, kaldu tetap bening dan tidak terdapat apa-apa.
Louis Pasteur: mendidihkan kaldu pada labu kemudian labu ditutup dan diberi pipa seperti huruf S sehingga mulut labu tetap terbuka. Setelah beberapa hari ternyata kaldu tetap bening dan tidak terdapat apa-apa
# TEORI PENCIPTAAN (Special Creation Theory)
Teori ini menyatakan bahwa segala sesuatu itu diciptakan oleh Tuhan. Segala species mahluk hidup yang sekarang ini sudah ada sejak dahulu dan diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana adanya saat ini.
Teori ini menyatakan bahwa segala sesuatu itu diciptakan oleh Tuhan. Segala species mahluk hidup yang sekarang ini sudah ada sejak dahulu dan diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana adanya saat ini.
# TEORI KOSMOZOA (Cosmozoic Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan di dunia berasal dari
angkasa atau datang dari meteor yang jatuh dari angkasa luar (kosmos) ke bumi.
Hal itu diperkuat dengan hasil analisis peninggalan peradapan Inca
# TEORI UREY (Evolusi Kimia)
Teori ini dikemukakan oleh Harold Urey. Teori ini menyatakan
bahwa asal-usul kehidupan diawali dengan adanya senyawa organik di atmosfer
yang berupa gas-gas seperti metana (CH4), Hidrogen(H2), Uap air (H2O), dan
amonia (NH3) yang bereaksi dengan bantuan energi dari sinar kosmis dan kilatan
listrik halilintar sehingga terbentuk asam amino yang merupakan bahan dasar
pembangunan kehidupan
===============================================================================================================================
Asal usul adanya kehidupan di bumi masih terus diteliti
sampai sekarang. Penelitian itu bisa diibaratkan meneliti “duluan mana telur
atau ayam”. Ayam berasal dari telur dan telur juga berasal dari ayam. Terlepas
dari paham yang dianut oleh suatu agama tertentu, maka para ilmuwan mencoba
memecahkan misteri tersebut. Beberapa teori pun diungkapkan oleh beberapa tokoh
filsafat dan ilmuwan. Berikut ini adalah beberapa teori yang diungkapkan oleh
beberapa tokoh tersebut.
Teori Abiogenesis
Teori Abiogenesis
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia
adalah seorang filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori
Abiogenesis ini menyatakan bahwa makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi
ini berasal dari benda mati.
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan
apabila menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya.
Telur-telur tersebut merupakan hasil perkimpoian dari induk-induk ikan. Walau
demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut ? Menurut
penganut paham abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau
secara spontan. Oleh sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga
paham generation spontaneae.
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea
kita gabungkan, maka pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama
kali di bumi tersebut dari benda mati / tak hidup yang terjadinya secara
spontan, misalnya :
1. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
2. Cacing berasal dari tanah, dan
3. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman
Yunani Kuno (Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek
menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda
aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para
pendukung paham abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini
seolah-olah memperkuat pendapat mereka.
Teori Biogenesis
Teori Biogenesis
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua
orang membenarkan paham abiogenesis. Orang –orang yang ragu terhadap kebenaran
paham abiogenesis tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah
tentang asal usul kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan
Abiogenesis itu antara lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro
Spallanzani ( Italia, 1729-1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895).
Beredasarkan hasil penelitian dari tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis
/ generation spontanea menjadi pudar karena paham tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
a) Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis,
Francesco Redi mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan
tiga kerat daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai
berikut :
· Stoples I : diisi dengan sekerat daging, ditutup
rapat-rapat.
· Stoples II :diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan
tetap terbuka.
· Stoples III : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap
terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat
yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples tersebut
diamati.
Dan hasilnya sebagai berikut:
· Stoples I : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak
ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
· Stoples II : daging tampak membusuk dan didalamnya
ditemukan banyak larva atau belatung lalat.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi
menyimpulkan bahwa larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di
stoples II dan III bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal
dari telur lalat yang ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap
disitu. Hal ini akan lebih jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II,
yang tertutup kain kasa. Pada kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak
belatung, tetapi pada dagingnya yang membusuk belatung relative sedikit.
B) percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan
kebenaran paham abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang
pada prinsipnya sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan
Spallanzani lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air
kaldu atau air rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang
dilakukan Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut :
· Labu I : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan
15oC selama beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
· Labu II : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat
dengan sumbat gabus. Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu
diolesi paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu
dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin keduanya
diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan hewan dan orang.
Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan pengamatan terhadap keadaan air
kaldu pada kedua labu tersebut.
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
· Labu I : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya
menjadi bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti
ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
· Labu II : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan,
artinya tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak mengandung
mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka lebih lama lagi, ternyata
juga banyak mengandung mikroba, airnya berubah menjadi lebih keruh serta baunya
tidak enak (busuk).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani
menyimpulkan bahwa mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari
air kaldu (benda mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya
pembusukan karena telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air
kaldu tersebut.
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap
hasil eksperimen Lazzaro Spallanzani tersebut. M,enurut mereka untuk
terbentuknya mikroba (makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan
pengaruh udara tersebut terjadilah generation spontanea.
c) Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis.
Pasteur melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro
Spallanzani. Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat
labu. Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut :
· Langkah I : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup
rapat-rapat dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi dengan
paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang pipa kaca berbentuk
leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau disterilkan.
· Langkah II : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan
ditempat yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati. Ternyata
air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung mikroorganisme.
· Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih
dimiringkan sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga
bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali pada tempat yang
aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan air kaldu diamati lagi. Ternyata
air kaldu didalam labu menjadi busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
Melalui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh
mikroorganisme yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat
lain dari pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher
angsa. Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa
akan mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher.
Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan
diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air
kaldu pada labu tadi.
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan
dengan ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati
pada saat pemanasan air kaldu.
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai
kepern\mukan pipa, air kaldu itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini
terjadilah kontaminasi mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula
(tegak), mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk. Sehingga, setelah labu
dibiarkan beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya
pembusukan oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak
benaran paham Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa
makhluk hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur
tersebut, maka tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru
tentang asal usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu
menyatakan :
1. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari
telur.
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
2. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
3. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya.
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil
menumbangkan paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus
mengukuhkan paham Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana
terbentuknya makhluk hidup yang pertama kali terjawab.
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi
beberapa teori tentang asal usul kehidupan yang dikembangkan pleh beberapa
Ilmuwan, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan
diciptakan oleh zat supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
2. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada
di planet ini berasal dari mana saja.
3. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan
didunia ini muncul berdasarkan hukum Fisika Kimia.
4. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak
berasal usul.
Teori Urey/Evolusi Kimia
Teori Urey/Evolusi Kimia
Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan
para tokoh teori Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain
untuk terus mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara
pakar-pakar tersebut antara lain :Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin.
mereka berpendapat bahwa organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa
makhluk bersel satu. Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi
berbagai jenis makhluk hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata,
Mollusca, dan lain-lain.
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa
planet bumi ini terbentuk kira-kira antara 4,5-5 miliar tahun yang lalu.
Keadaan pada saat awal terbentuknya sangat berbeda denagn keadaan pada saat
ini. Pada saat itu suhu planet bumi diperkirakan 4.000-8.000oC. pada saat mulai
mendingin, senyawa karbon beserta abeberapa unsur logam mengembun membentuk
inti bumi, sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak datar.
Karena adanya kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut
bergerak dan berkerut terus menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak
melipat-lipat dan pecah.
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn
kondisi saat ini. Gas-gas ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen
(O2), Helium (He), dan Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi
bumi tidak mampu manahannya. Dia atmosfer juga terbentuk senaywa-senyawa
sederhana yang mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap air (H2O), Amonia
(NH3), Metan (CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana tersebut tetap
berbentuk uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketuika suhu atmosfer turun
sekitar 100oC terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama
ribuan tahun. Dalam keadaan semacam ini pasti bumi saat itu belum dihuni
kehidupan. Namun, kondisi semacam itu memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia,
karena teredianya zat (materi) dan energi yang berlimpah.
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan
dibumi ini ? Pwertanyaan inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk
mengemukakan pendapat serta melakukan experiment. Di antara Ilmuwan tersebut
antara lain Harold Urey dan Stanley Miller.
A) Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)
Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat.
Dia menyatakan bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat
seperti Metana (CH4), Uap air (H2O), Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2)
yang semuanya berbentuk uap. Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar
kiosmis serta aliran listrik halilintar terjadilah reaksi diantara zat-zat
tersebut menghasilkan zat-zat hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut
biasa dikenal dengan teori Urey.
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk
mempunyai susunan menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut selama
berjuta-juta tahun mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup.
Menurut Urey, terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer
tersebut didukung kondisi sebagai berikut :
a) kondisi 1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia,
Uap air, dan hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumi
b) kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran
listrik halilintar dan radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut
bereaksi membentuk molekul zat yang lebih besar,
c) kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana
yang susunan kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d) kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta
tahun), zat idup yang terbentuk tadi berkembang menjadi sejenis organisme
(makhluk hidup yang lebih kompleks).
B) Eksperimen Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap
masalah asal usul kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi
saat awal terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada
atmosfer waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium sederhana yang dapat
digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas
Hidrogen, Metana, Amonia, dan Air. Alat tersebut juaga dipanasi selama seminggu,
sehingga gas-gas tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagai pengganti energi
aliran listrik halilintar, Miller mengaliri perangkat alat tersebut dengan
loncatan listrik bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi
tersebut menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat
baru. Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi
dapat mengembun.
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang
tertampung dalam perangkap embun dianalisis secar kosmografi. Ternyata air
tersebut mengandung senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine, dan
gula sederhana seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba beberapa pakar
lain, ternyata hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut dimasukkan
senyawa fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu
senyawa yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Lembaga
penelitian lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam
Deoksiribose Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senyawa khas dalam
inti sel yang mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan sifat.
Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan-
satuan kompleks didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam
Amino, Protein, Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi
abiotik. Teori yang terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan secara
luas. Namun, hingga kini masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap
merupakan rahasia alam yang belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah
mengetahui terbentuknya senyawa organik secara bertahap, yakni dimulai dari
bereaksinya gas-gas diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnay
semua senyawa tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks dan
terkurung dilautan. Akhirnya membentuk senyawa yang merupakan komponen sel.
Teori Biologi/Teori Naturalistik
Teori Biologi/Teori Naturalistik
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang
berjudul The Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad
suatu ketika atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO2, CH4, NH3, dan
Hidrogen. Karena adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut,
seperti sinar Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut
membentuk senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses
reaksi tersebut berlangsung di lautan.
Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan
senyawa aseperti Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling
sederhana. Selama berjuta-juta tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi
membenrtk senyawa yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan
Pirimidin. Senyawa kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel.
Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah
dilautan maupun di permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya
sinar Ultraviolet, dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan
menjadi timbunan senyawa organik yang merupakan sop purba atau Sop Primordial.
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di
lautan tersebut selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat
sebagai berikut :
A. memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan
ikatan-ikatan kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang
terdapat disekelilingnya;
B. memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan
molekil-molekul dari dan ke sekelilingnya;
C. memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul
yang diserap sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya;
D. mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari
ikatan-ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai
kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai
kehidupan yang pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan
perkembangan dari sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti
nutrisi, ekskresi, mampu mengadan metabolisme, dan mempunayi kemampuan
memperbanyak diri atau reproduksi.
Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta
energi yang berlimpah sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih
kompleks, namun Oparin mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme
transformasi dari molekul-molekul protein sebagai abenda tak hidup kebenda
hidup. Bagaimana senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat memiliki
kemampuan seperti tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai berikut :
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat
membentuk kompleks koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein
tersebut dibungkus oleh molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat
lepas dari cairan dimana dia berada dan membentuk emulsi. Penggabunagn struktur
emulsi ini akan menghasilkan koloid yang terpiah dari fase cair dan membentuk
timbuna gumpalan atau Koaservat.
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik
tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di
samping itu secara selektif gumpalan Koaservat tersebut memusatkan
senyawa-senyawa lain kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid
tersebut bergantung kepada komposisi mediumnya. Dengan demikian, perbedaan
komposisi medium akan menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi sop purba. Variasi
komposisi sop purba diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya
komposisi kimia Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk proses
biokimia.
Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk
enzim. Di sekeliling perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi
penjajaran molekul-molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel
primitif. Terbentuknya selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan
stabilitas pada koaservat. Dengan demikian, kerjasama antara molekul-molekul
yang telah ada sebelumnya yang dapat mereplikasi diri kedalam koaservat dan
pengaturan kembali Koaservat yang terbungkus lipida amat mungkin akan
menghasilkan sel primitif.
Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium
memungkinkan bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya
memungkinkan terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri
dan mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya akan zat-zat
organik.
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh para Ilmuwan.
Namun, tidak sedikit Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara
acak yang dapat menjadi awal terbentuknya organisme hidup.
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak
pendukungnya, namun baru teori evolusi kimia yang telah dibuktikan secara
eksperimental, sedangkan teori evolusi biologi belum ada yang menguji secara
eksperimental.
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar,
tetapi belum mampu menjelaskan bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi
ini pertama kali muncul. Yang perlu diingat adalah bahwa kehidupan adalah tidak
hanya menyangkut masalah replikas; (penggandaan diri) atau masalah kehidupan
biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah kehidupan rohani. Tentang teori
asal usul kehidupan yang menyatakan organisme pertamakali terbentuk dilautan
bisa dipahami dari sudut biologi, karena molekul-molekul organik yang merupakan
sop purba itu tertumpuk di laut.
Teori Kosmozoa
Teori Kosmozoa
Teori kosmozoa menerangkan bahwa kehidupan berasal dari
tempat lain di alam semesta, misalnya dari meteor yang jatuh. Beberapa meteor
memang mengandung molekul-molekul organik, namun datangnya molekul di meteor
tsb dari luar angkasa tidak sama dengan datangnya kehidupan. Meskipun molekul
organik dapat menahan ganasnya ruang antar-planet dan perjalanan melalui
atmosfer bumi. Contoh lain adalah kehidupan di Bumi berasal dari kehidupan di
luar angkasa. hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari peninggalan
peradaban inca. pada peninggalan itu terdapat piramid yg diatasnya terdapat
hiasan tembikar dewa dan pesawat serta penanggalan model tata surya matahari yg
sangat teliti.Namun teori kosmozoa sebenarnya tidak menjawab pertanyaan
mengenai asal-usul kehidupan.
Teori Penciptaan Khusus
Teori Penciptaan Khusus
Teori ini menyatakan bahwa segala sesuatu diciptakan oleh
Tuhan. segala spesies makhluk hidup yg sekarang sudah ada sejak dahulu dan
diciptakan sendiri-sendiri sebagaimana adanya saat ini.kelemahan teori ini
adalah minimnya data dan bukti adanya penciptaan manusia dan tidak dapat dibuat
eksperimentnya.tentunya teori ini dianut oleh para orang-orang yg beriman
kepada Tuhan dan sepertinya kurang sejalan dengan teori-teori yg lain.